China Sebagai Aktor Kekuatan Global yang Baru

Muhammad Nur Ghazali

Selama ratusan tahun dunia ini diwarnai dengan “western way of thinking” mengenai kekuasaan dan kekuatan. Selama ratusan tahun dunia mengalami hukum rimba yakni yang berkuasa yang memiliki kekuatan. Inilah realitas yang terjadi selama ratusan tahun, minimal dua ratus tahun belakangan ini. Negara-negara barat yang kuat menaklukan negara di Asia Afrika dengan menduduki, menguasai dan menikmati kekuasaannya. Inilah yang sering disebut dengan era kolonialisme dan imperialisme barat. Negara-negara yang kemudian merdeka, menjadi sepenuhnya tidak merdeka, karena ketergantungan terhadap negara penjajahnya. Tetap dalam format penjajahan namun terlihat lebih manusiawi. Negara-negara bekas jajahan inggris pun masih dalam ikatan common wealth of nation atau negara persemakmuran. Negara barat dengan kekuatannya dikenal kemudian sebagai ekpansionistis dengan sifatnya yang mendominasi. Mereka menyebarkan dan mengagungkan sistem pemerintahan demokrasi yang dikembangkan ke seluruh antero dunia. Tidak hanya itu mereka juga menyebarkan teknologi, pertahanan, industri termasuk sampai dengan makanan.

Belakangan ini dikejutkan dengan munculnya sebuah perubahan yang sangat mengkhawatirkan yakni dengan munculnya china sebagai aktor kekuatan global yang baru. Negara-negara dengan pertimbangan keamanan nasional, pastinya akan mengembangkan kekuatan pertahanannya seiring dengan laju kemajuan pertumbuhan ekonominya. Inilah yang terjadi pada China saat ini. Persepsi tentang western way of thinking menjadi sangat wajar sekali apabila kemudian banyak negara terutama negara barat sangat khawatir dengan apa yang tengah terjadi, China muncul sebagai negara yang kuat.

Hal ini dimulai dengan internasionalisasi Yuan, mata uang China. Menurut Li, internasionalisasi yuan memiliki empat tahapan. Pertama, initial stage yang ditandai dengan semakin meningkatnya jumlah kegiatan perdagangan lintas-batas serta perjalanan wisata yang menggunakan yuan sebagai mata uang. Dengan semakin terintergrasinya ekonomi China dengan negara lain di Asia terutama di Kawasan Asia Tenggara, jumlah yuan dalam sirkulasi perdagangan turut meningkat yang kemudian diikuti oleh permintaan yuan di pasar finansial. Kedua, ditandai dengan penggunaan yuan sebagai mata uang debit dan kredit di laur negeri. Pada tahap ini penggunaan yuan berkembang tidak lagi hanya sebagai mata uang dalam perdagangan, akan tetapi mulai digunakan dalam mekanisme pinjam-meminjam yuan di luar wilayah China (daratan). Ketiga, dari internasionaliasi ditandai oleh yuan yang masuk dalam asset investasi Asia. Keempat, dalam internasionalisasi yuan adalah tahap dimana yuan dijadikan sebagai cadangan devisa.

Menurut Champlin secara jelas mengatakan bahwa dalam tahapan internasionalisasi yuan diawali oleh regionalisasi China dengan negara-negara di Asia Tenggara dan Timur sebagai pusatnya. Regionalisasi juga menjadi sebuah langkah yang terbaik ditempuh China dalam upaya menginternasionalisasikan yuan, meskipun Champlin tidak menyebutkan mampu tidaknya China menginternasionalisasi mata uangnya tersebut. Strategi regionalisasi yang digunakan China oleh Champlin disebut Regional Incremental Internasionalization, (RII) yang intinya adalah memulai dari tingkat regional. Jika China tidak mampu mencapai tahap internasional, setidaknya di level regional China sudah mampu menjadi aktor yang sangat diperhitungkan.

Selanjutnya, China mengembangkan bidang teknologi kritis, China unggul dari negara-negara adidaya seperti Amerika Serikat dalam perlombaan untuk melakukan trobosan ilmiah dan penelitian. China memimpin dunia dalam 37 dari 44 teknologi. Berdasarkan laporan Australian Stategic Policy Institute (ASPI) China berada dalam posisi untuk menjadi negara adidaya teknologi teratas dunia dengan dominasinya telah mencakup pertahanan, luar angkasa, robotika, energi, lingkungan, bioteknologi, Artificial Inteligence (AI) material canggih dan teknologi kuantum utama. Menurut Critical Tekhnology Tracker bidang utama yang didominasi oleh China termasuk Drone, pembelajaran mesin, baterai listrik, energi nuklir, fotovoltaik, sensor kuantum, dan ekstraksi mineral kritis. Dominasi China di beberapa bidang sangat mengakar sehingga semua dari 10 lembaga penelitian terkemuka dunia untuk teknologi tertentu berlokasi dinegara tersebut (CNBC Indonesia, 2023).

Sebagai perbandingan, Amerika Serikat memimpin hanya dalam tujuh tekhnologi penting, termasuk sistem peluncuran luar angkasa dan komputasi kuantum. Sementara inggris dan India termasuk di antara lima negara teratas dalam 29 dari 44 tekhnologi dengan korea selatan dan jerman masing-masing masuk lima besar dalam 20 dari 17 teknologi. ASPI juga mengatakan kehebatan China yang berkembang dalam tekhnologi kritis harus menjadi panggilan untuk negara-negara demokratis. Dalam jangka Panjang, posisi penelitian terdepan berarti bahwa China telah mempersiapkan diri untuk unggul tidak hanya dalam rangka pengembangan tekhnologi saat ini di hampir semua sektor. Akan tetapi dalam teknologi masa depan yang belum ada.

Selanjutnya dalam sektor ekonomi, perekonomian China mulai pulih kembali di awal 2023 karena konsumen menghabiskan banyak uang setelah tiga tahun pembatasan covid-19 yang ketat sudah berakhir. Tercatat pertumbuhan domestic bruto (PDB) sebesar 4,5% pada kuartal pertama 2023(CNN Indonesia, 2023). Angka tersebut melebihi perkiraan para ekonom, yakni sekitar 4%. Disisi lain kinerja industry juga menunjukkan peningkatan yang stabil dimana naik menjadi 3,9% pada maret. Hal ini lebih tinggi dibandingkan pada bulan Januari dan Februari yakni hanya sebesar 2,4%. Tahun yang lalu, PDB China hanya tumbuh 3% sebab tidak terlepas dari aturan Beijing untuk melakukan pembatasan akibat Covid-19 yang ujungnya mengganggu rantai pasokan dan menghantam belanja konsumen. Akan tetapi pasca protes massal melanda China dan pemerintah daerah kehabisan uang tunai untuk membayar tagihan covid-19 yang sangat besar, pihak berwenang akhirnya membatalkan kebijakan nol-covid pada desember lalu. Kemudian perekonomian mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan.

Dalam outlook ekonomi dunia, dana moneter internasional (IMF) mengatakan China sedang membaik dengan kuat, setelah membuka kembali ekonominya. Perekonomian Tiongkok bahkan diprediksi akan tumbuh sebesar 5,2% tahun ini dan 5,1% pada tahun 2024. China menjadi aktor kekuatan global yang baru dengan beberapa aspek yang sudah dipaparkan diatas. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa Amerika Serikat akan melemah pengaruhnya dalam percaturan ekonomi-politik global.