Oleh:  Arifa`s  

"Ditaman keplak sari, untuk kali keduanya aku menikmati indah senja disini bersama orang yang aku sayang dan cintai,  serasa menjadi orang paling bahagia diluas hamparan bumi."

Memang benar, Seyiap kali Pindah akan ada indah yang membersamai. 


Perbedaan Merupakan anugerah tuhan yang semestinya kita syukuri. Tanpa adanya sebuah perbedaan, mungkin antara Bidadari dan Wildan tiada lagi yang harus di sempurnakan dan dijelaskan. Begitupula perihal per- pindah -an, dahulu sang idola umat islam pernah merealisasikannya (Hijrah), dan betul !! akan lebih nyaman dan tentram ketika semuanya telah ber- pindah. Pagi yang terlihat indah akan terkalahkan oleh senja di ufuk barat sebab mentari telah menampakkan diri, keindahan senja akan pudar ketika senyum manis bintang telah ditayangkan di langit, semua itu akan indah saat adanya perubahan dan perpindahan sesekali, Kita tidak akan tau lagi bila perbedaan dan perpindahan di bumi ini tak lagi menjadi Sunnatullah, seberapa ribu orang-kah yang hanya bisa menikmatinya, menikmati panorama yang stagnan tanpa perubahan. Sekarangpun kita masih bisa tersenyum sebab hal itu masih bisa kita nikmati. Entah kemana kita ingin menjalakannya, namun terkadang pindah diri tidak selalu mampu untuk menyertakan hati dalam berpindah diri, seperti semua yang telah aku jalani hari ini.

***

Karomi Syaputra, begitulah nama asliku dengan sapaan Romi mempunyai darah asli Madura, yang per- hari ini aku akan tinggal di kota Jombang setelah dua hari lalu diutus sebagai Reporter of  SCTV Channel sepecial di kota ini. Hidup di kota orang lain bukanlah suatu masalah bagiku, justru hal itu yang menyenangkan, setelah treveling menjadi kewajiban untukku 😁 

”Sebab seorang penulis harus berani boros jalan-jalan “ 

Begitulah tutur Bunda Sinta Yudisia. 

Malam ini, kulihat hanya satu bintang yang menampakkan warnanya, aku pikir itu sebab kabut hitam yang masih saja membungkus erat langit malam, karena itu pula senyum manis yang biasa menggelantung diatas sana tak bisa ku lihat malam itu. Aku tahu dingin malam ini tak sedang ceria, bak rasa yang tengah menguburku bersama seseorang yang sempat menjadi pelangi harianku. Teramat bohong jika aku tak merindukannya malam ini setelah sekian lama aku memutuskan untuk menjauh dari kehidupannya meski sepotong hati masih dia titipkan padaku, beda denganku yang tak sedikitpun meneteskan hati yang masih bermukim di sana. Tapi bukannya aku tak lagi sayang, hanya saja orang terdekatya telah memberikan pelukannya kepada orang lain. Ya.. dia Syafila Putri (Fila) wanita yang setiap paginya selalu mengagetkanku, aku harus benar-benar memastikannya bahwa dia masih ada di bumi πŸ’¦ supaya hatiku menjadi tenang, teman kelas yang sering menikmati hangatku saat dipeluk, begitupun air matanya yang selalu di labuhkan pada kiri pundakku. Empat tahun lebih aku berpisah degannya dan tak lagi ada tukar kabar juga keadaaan. Sehingga merupakan kebiasaanku saat-saat momen-momen rindu ini datang dan menjelma gelisah aku akan memaksa untuk tidur walau nganuk tidak benar-benar datang, ya.. tiada lagi cara agar angan-angan itu punah, aku harus segera terbang pada dunia mimpi, seperti malam ini sampelnya 😌 aku harus segera melabuhkan mata agar bisa menikmati indahnya alam bawah sadar.

***

Pagi cerah, aku segera terjun ke lapangan menjalani tugas seorang reporter, dan hari ini merupakan kali pertamanya aku bekerja di sini. Seberangkatku tadi, aku belum mengelola makanan sendiri, sehingga mengharuskanku untuk mencari warung sebelum benar-benar sampai pada tujuan. Suasana jalan jombang terasa sangat romantis, yang tak pernah sepi oleh pengunjung, begitupun beraneka ragam Depot, Warung dan Restaurant yang bertaburan. Depot kecil bernuansa desa menjadi pilihanku unuk menjamu perut yang sepertinya sudah mulai berteriak.

Usai memarkir motor, tanpa sengaja tatapanku terfokuskan pada dompet perempuan yang kebetulan jatuh di depanku, menunduk segera aku mengambilnya seraya melihat semua isi dompet itu, lebih dua juta aku menghitungnya, serabutan beberapa ATM dan  ID card lainnya, tapi yang jelas tidak mungkin aku harus mencari si pemilik hari ini. Aku segera masuk dan meresapi makanan khas Jombang itu dan rasanya sama saja dengan masakan orang Madura "lebih tepatnya masakan kakak dirumah", secepatnya aku melahapnya dan bergegas menuju kasir

“Hai.! Kamu“ Panggilku pada perempuan yang baru saja mau meninggalkan kasir yang sebelumnya sempat aku tatap dia dalam rasa kebingungan, tampak cemas dirona wajahnya.

“Aku.???” Jawabnya memastikan dengan raut wajahnya yang masih jelas sendu.

“Iya kamu!  Asti Nirmala Sari kan ?” dia hanya mengangguk terlihat keheranan besar di wajah sendunya, mungkin dia sedang bertanya-tanya mengapa aku bisa langsung tau namanya.

“Iya aku tau namamu, juga alamatmu, begitupun ulang tahunmu dari ini” jawabku sedikit luas sambil mengeluarkan dompet perempuan dari saku belakang, wanita itu sangat terkejut ketika melihat dompet miliknya yang tadi ia cari-cari berada di genggamannya. Wanita itu banyak berterima kasih padaku, sebab aku telah mengembalikannya dengan keadaan utuh tanpa kurang sedikitpun.

Kita meleset keluar berdua, tak sedikitpun ada kata sunyi diantara kita sebab wanita itu tiada hentinya bertanya mengorek informasi tentangku, mulai dari identitas dan pengalaman hidupku di Jombang, minta semua dari akun Media sosialku seperti Whatsapp, Instagram, Facebook dan yang lainnya. Dia berkata jika sore ini ia akan mengajakku sekedar berkeliling kota jombang, katanya hanya sebatas bentuk terimakasihnya, Aku iyakan saja ajakannya karena kebetulan aku masih belum banyak tahu daerah sini.

Setelah aku benar-benar menyelesaikan pekerjaanku hari ini, bergegas aku memilih kembali ke rumah kos sebab sore ini wanita yang dompetnya ku temukan tadi pagi akan menjemputku kesana 

"Drrrrrrtt, Drrrrtttttt" getar ponsel di sakuku 

Dan ternyata saat aku membuka ponselku nama Asti tertera di layarnya, ternyata dia telah mendahuluiku sampai di kos-an, aku hanya mengabarinya bahwa aku segera sampai juga kesana.

***

Jarum jam telah menunjukkan jam 5 sore, sepatutnya jika mentari telah membakar cakrawala maka ia akan menciptakan bayangan-bayangan besar dan warnanya akan menguning, begitulah aku saat itu, menikmati indahnya kota Jombang dari dalam mobil Asti, tak banyak kata yang kubicarakan padanya, namun bukan berarti kita diselimuti kesunyiaan dan keheningan, tidakk tidakk. itu terjadi sebab pembicaraan di mobil terdominasi oleh cerita Asti yang berbicara panjang lebar tentang keindahan kota Jombang

“Jadi tidak heran lagi jikalau Kota ini punya slogan JOMBANG BERIMAN sebab teramat banyak tokoh-tokoh islam yang menjalani kehidupannya di kota ini, salah satunya yang paling terkenal adalah Abdurrahman Wahid atau orang banyak mengenalnya dengan sebutan GUSDUR, makam beliau deket dari sini kok, bahkan banyak masyarakat Indonesia yang menjuluki Jombang itu kota Santri” cerita Asti seraya mengendarai mobilnya, aku hanya bisa mengangguk pada wanita yang bisa kusebut sangat familiar itu, dia memang asyik, aku senang cara dia bergaul, dan satu hal lagi yang paling aku sukai darinya, dia juga suka selfie, suka mengabadikan moment-moment yang menurut orang lain tidak penting, tapi menurutnya jauh lebih penting dari apa yang mereka bilang penting. Ya, seperti tadi dia langsung  save moment di dalam mobil sebelum kita benar-benar berangkat, senyam-senyum di depan kamera denganku. Dan hal itu sukses membuatku teringat pada seseorang yang karakternya cukup sama dengan Asti, aku teringat pada Fila, aku sekarang terbawa melamun dia lagi, mungkin sebab teramat banyaknya moment-moment nyaman kita yang juga terabadikan dimana-mana, tapi tidak! Aku tak boleh mengekori apa yang tengah kuangani, seharusnya aku berusaha melupakannya, dia buka siapa-siapaku lagi, dan sekarang aku bersama Asti bukan Fila, meskipun Asti adalah orang baru di kehidupanku, setidaknya aku bisa hidup lebih nyaman di kota ini. aku harus berubah, harus cepat move-on dan membuka lembaran baru untuk memuat kisah yang lebih indah nan abadi di dunia dan di kehidupan berikutnya. Teramat menyayangkan jika diri ini terus saja memusatkan jalan hidup bersama bayangannya, “dan mulai sekarang aku harus bersikap seolah Asti special in my life” batinku seraya menatap pada wanita cantik disampingku yang tak jua menghentikan senyumnya, aku yakin hidupku tak kan kemarau lagi bila dia tetap seperti itu.

“kita menikmati sore ini di taman kota saja ya” ujarnya seraya turun, akupun mengekorinya. Sebelumnya aku tak tau nama taman yang dia pilih sore ini, tapi setelah kuniatkan untuk menanyakan perihal itu, tatapanku sendiri yang menjawabnya setelah tak sengaja melihat tulisan besar berwarna putih tulang "TAMAN KEPLAK SARI".

“Setahuku dikota Jombang gak ada wisatnya loh” bicaraku usai selfie-selfie sama Asti,

“Emang! Selama aku hidup disini, hanya taman ini yang bisa kuanggap wisata, dan bukan berarti aku gak pernah wisata, tapi lebih tepatnya aku wisatawan  dalam negeri😁😁😁, seperti ke jogja, Bali, bandung dan yang lainnya” jawabnya sedikit lebar yang kemudian dia meleset memesan minuman.

aku yang kala itu hanya sebagai penikmat baru di taman ini masih saja termenung bersama senyum yang tak hentinya terurai. Jika kupikir kembali, mungkin ini adalah hadiah Tuhan dikali pertaman pasca aku berada di Jombang  agar aku bisa cepat kerasan, hingga tuhan mengirimkan Guider cantik dengan kesenangannya dia menemaniku, semoga saja hal seperti ini tak hanya berlaku di hari ini saja, Amiinn Amiin.

Aku sudah duduk dimana Asti menyuruhku sebelum dia pergi membeli sesuatu, tepat disebelah gedung berwarna-warni. Menikmati senja di taman ini cukup nyaman meski tak senikmat di tepi pantai, kurasa ini tak jauh beda apalagi banyak pengunjung romantis lainnya, Really! I like this moment.

“Lama ya… Nunggunya?” Sapa Asti seketika duduk bersebelahan dengan minuman yang secepatnya dia kasih ke aku.

“Nggak sama sekali, aku juga baru duduk, baru 5 menit maksudnya, hehe…”

“Hmz… maaf  ya, kalo kamu gak suka minumannya, aku lupa tadi gak nanya, jadi aku samain aja dengan punyaku”

“hehe gak papa, tapi lo lo kamu suka jeruk a, jeruk itu minuman kesukaanku tau”

“So! Kamu juga penikmat setia jeruk, Sejak kapan.?”

“sejak aku tau di dunia ini ada cewek yang suka jeruk, suka selfie lagi, mungkin dia gak tau perihal aku yang punya karakter yang sama.” Jawabku sambil memandang panorama di taman itu, dan sepertinya pemandangannya cukup membawa kata-kataku sedikit gombal, hingga akupun tak bisa sunyi dan terus melanjutkan bicaraku,

“Dan kamu tak perlu bertanya lagi perihal siapa cewek yang kumaksud, sebab dia itu kamu”

“Hmz… bisa aja kamu.” Jawab singkat Asti sembari tersipu malu

“Nggak, aku gak bisa, karena bisanya Cuma ke kamu.!” Detik ini Asti benar-benar memukul lenganku dan tertawa bersama, terlihatnya kita adalah sepasang kekasih yang telah lama bersama, meskipun sejatinya kita hanyalah dua jomblo yang saling menyamankan hati pada seseorang yang baru dikenal, saat itu aku setuju pada mereka yang mengatakan bahwa akan ada indah disetiap pindah, teramat bohong jika aku tak merasakannya sore ini. hheee 

***

“Al-Insanu Jadid Wayuhibbul Jadid”. Hati memang suka perihal baru namun akan sulit pula untuk pergi meninggalkan sesuatu yang sempat membuatnya nyaman. Sekarang, aku sudah merasakannya, bersama orang baru dikehidupanku, Asti sudah mulai masuk dan tenggelam disetiap hariku, tak jarang mengajakku bermain, berlibur berdua, kadang menemani hari santai dirumahnya, bahkan perneh sekali aku diajak makan malam bersama keluarganya, meski terkadang pula aku menolaknya, bukan aku tidak mau, hanya saja terkadang waktu tak lagi merestui, seperti yang harus kujalani hari ini πŸ˜„ aku tak bisa menemani Asti ber-weekend, sebab ada hal yang lebih peting yang harus kuselesaikan teringat aku pergi ke jombang untuk bekerja, buka mencari wanita pelipur hati.

Dua bulan sudah Aku tinggal di kota Jombang ini, menjalani hari-hari indah dalam  moment indah, cerah bak pagi ini kunikmati, hari ini aku harus meliput acara dekat taman pertama kali aku datangi bersama Asti "Taman Keplak Sari"  tepatnya di gedung Gren red Syariah Hotel Jombang, sesuai dengan waktu yang telah aku setting, jam sepuluh siang aku sudah berada ditempat. Acaranya cukup menghipnotis banyak penonton dari masyarakat sekitar, yang dikemas dengan FESTIVAL GAMBUS JAWA. Sehari penuh aku sibuk ditempat acara sampai jam 4 sore, selanjutnya tiada planing lagi kecuali aku harus segera ke kos dan istirahat. Menyelami acara yang tadi, rasanya cukup untuk dibilang melelahkan, namun  sebelum pulang aku harus menunaikan sholat ashar di masjid terdekat  Hotel itu.

Suasana sore telah jelas kurasa, mulai dari gedung-gedung besar yang telah menguning dan berbagai kendaraan yang mulai memesat menandakan teramat banyaknya pegawai yang sudah meninggalkan kantornya, pulang dan ingin segera merebahkan penatnya. Usai menunaikan sholat aku berdiri didekat motor membenarkan arloji tuk kukalungi pada lengan kiriku, namun seketika tubuhku terasa ada yang memeluk erat dan hangat kurasa sampai tak bisa kumelepaskannya.

“Siapa kamu?” tanyaku pada wanita yang tengah menikmati hangat tubuhku, tak sepatah katapun dia berbicara melainkan hanya air matanya yang dapat kurasa, membanjiri jaketku. Heran dan bingung begitulah yang tengah menghantuiku, untuk kesekian kalinya aku menanyakan hal yang sama,

“Hei, kamu siapa? Kemana keluargamu, kenapa harus aku?” hanya semakin erat, begitupun tangisnya yang semakin terisak jelas dan mulai bersuara diapit isak tangisnya, “Jangan lagi sebut keluarga, aku benci mereka, aku tak suka, mereka terlalu jahat dan tidak peduli sama aku, aku benci!” isaknya terdengar marah dan berhasil kutemui sesuatu darinya, terlebih dari suaranya. Ya, aku masih ingat suara itu, suara yang dulu sempat menjadi awal di bangun dan tidurku. Perlahan dia mulai melepas pelukannya dan benar,

“Fila, sejak kapan kamu ada di kota ini?” Tanyaku begitu antusias

“Sejak aku tau ada seorang reporter baru di kota yang sama” jawabnya santai dan mulai pamerkan senyumnya.

“setelah empat tahun lebih aku tiada kabar, mungkin Aku kau anggap sudah menjadi ibu dari beberapa anak, tapi tidak! Pas dihari pernikahanku, lelaki yang sempat kau bilang akan menjadi milikku, selamanya pergi ditelan bumi hingga pernikahan kami gagal, dan aku memilih untuk melanjutkan pendidikanku, same with you.” Jelasnya didepanku mampu menghapus seluruh kosa kata yang kumiliki dan hening berkelanjutan untukku,

“Dan kau tak perlu lagi bertanya perihal aku dengan siapa sekarang, sebab didepanku hanya ada kamu seorang, beitupun ribuan hariku sebelumnya yang tak hentinya kau kurindu, dan dihari ini juga rindu itu tak lagi berat setelah aku benar-benar dapat memelukmu lagi” Bersama kesenduannya dia terus lirih mengungkapkan seluruh isi hatinya,

“Namun ada satu hal yang masih sangat kutakutkan sekarang, masihkah kau ada rasa yang sama, atau usai kita berjarak, namaku saja kau tak bisa menyebutnya, Romi… ayo jawab! Aku butuh suara hatimu, kamu masih Romi yang dulu kan?”. di masing-masig hati aku begitu yakin, pasti masih sama, rindu yang selama ini saling membara dari kejauhan, tuhan baru saja menjawabnya.  Sekarang! Aku kembali membalas pelukannya, memusnahkan rasa pahit panjang diantara kita seraya bersuara.

“Di kelampauan hari, sempat aku berusaha untuk membiarkan hati ini berlabuh bersama hati yang baru, berusaha menyamankan hati pada hati yang lain dan mengusirmu yang setiap detiknya terus saja mengusik, namun tetap saja usahaku terkekang oleh selimut rindu yang setiap detiknya datang bersama angin kemarau, menggambarkan jelas momen-momen indah kita berdua, teramat dalam kita saling menyelam hati, hingga aku rasa didetik ini juga hati kita masih dengan perasaan yang sama, dan percayalah bahwa aku masih Romi yang dulu Fil…” dengan begitu jelas aku memastikan tentang hati ini pada sepotong hati yang dari dalamnya tertanam mendalam dan saat ini benar-benar tumbuh mewangi kembali untukku.πŸ’”

***

Perbedaan memang anugerah Tuhan, namun pindah yang akan membawa kata indah tak semuanya akan menjadi indah bersama seorang baru, sebab keindahan dan kenyamanan bersama masa lalu hanya butuh tempat yang berbeda, mungkin saat ini aku juga harus berterima kasih pada Jombang, karenanya aku bisa kembali merasakan pelukan orang yang paling aku sayang. Detik ini, pada senja yang mulai menua aku kembali dihujani kata cinta, tenggelam lagi bersama senyum dan tawanya, lepas dibawa oleh arus manis senyum Fila. Ditaman keplak sari, untuk kali keduanya aku menikmati indah senja disini bersama orang yang aku sayang dan cintai dan merasa menjadi orang paling bahagia diluas hamparan bumi.


Bagaimana dengan Asti ? seperti apakah cara Romi menjelaskannya nanti ? Apakah ini pilihan yang tepat ? 

Tunggu Part II nya ya !!!



 

Sampang, 16 Februari 2022

Salam Literasi FKMSB Malang